13 Tujuan Penulisan. 1. Mengetahui hal-hal yang sangat berperan dalam komunikasi yang terjadi antar budaya. 2. Mampu memahami kultur low dan high context dalam komunikasi lintas budaya. Dapat memahami bagaimana komunikasi lintas budaya dilakukan secara baik, dengan mengurangi hambatan-hambatan yang ada.
Bagaimana Ajaran Gereja Tentang Kebersamaan Antar Umat Beragama – Kebersamaan antar umat beragama adalah hal yang penting dan menjadi tujuan bersama kita semua. Di banyak negara di seluruh dunia, beragam umat beragama berdampingan dan hidup saling menghormati satu sama lain. Di tengah berbagai perbedaan, bagaimana Gereja memandang kebersamaan antar umat beragama? Menurut ajaran Gereja, semua orang berhak atas kasih dan pengakuan yang sama. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kehidupan beragama dapat menjadi alat untuk menyatukan banyak orang dari berbagai latar belakang, dan Gereja mengharapkan setiap umat beragama untuk mengukir hubungan yang baik antar umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Ini mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti belajar bersama, berbagi pengalaman, dan saling menyebarkan kasih dan pengertian. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya lain. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Itu berarti kita harus toleransi terhadap orang lain dan menghormati hak-hak mereka. Dengan demikian, kita dapat membangun kebersamaan antar umat beragama. Ketika kita bersama-sama, kita dapat belajar banyak hal dari satu sama lain dan menciptakan suasana yang saling menghormati dan menyenangkan. Gereja mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam agama. Dengan demikian, kita dapat menjalin hubungan yang baik antar umat beragama. Sebagai Gereja, kita bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan, dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Dengan menghargai dan menghormati orang lain, kita dapat menciptakan kebersamaan yang kuat antar umat beragama. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Bagaimana Ajaran Gereja Tentang Kebersamaan Antar Umat 1. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama 2. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling 3. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya 4. Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan 5. Gereja mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam 6. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan, dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. 1. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Ajaran Gereja tentang Kebersamaan Antar Umat Beragama merupakan bagian penting dari agama Kristen. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Hal ini penting untuk ditekankan karena menghormati dan menghargai sesama manusia adalah bagian penting dari ajaran agama Kristen. Gereja mengajarkan bahwa semua manusia harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kehormatan dan penghargaan ini harus diberikan tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang budaya. Gereja mengajarkan bahwa tidak ada manusia yang lebih baik daripada yang lain dan semua harus dihargai dan dihormati. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus belajar untuk hidup bersama dalam damai dan kasih sayang. Ini berarti bahwa kita harus menghormati dan menghargai pemikiran dan nilai-nilai orang lain. Kita harus berusaha untuk memahami pandangan orang lain dan menghormati pandangan mereka. Kita juga harus menghargai perbedaan agama dan berusaha untuk memahami pandangan orang lain. Ketika kita menghargai dan menghormati sesama, kita akan menghargai hak-hak dan kewajiban setiap orang. Kita juga akan menghargai pilihan mereka dan menghormati hak mereka untuk mengekspresikan diri mereka. Gereja mengajarkan bahwa semua manusia harus dihargai dan dihormati, dan kita harus berusaha untuk menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis bersama. Gereja juga mengajarkan bahwa saling menghormati dan menghargai antar umat beragama akan membantu menciptakan pemahaman dan toleransi dalam masyarakat. Ini akan memungkinkan orang untuk menghormati dan menghargai pemikiran, pandangan, dan nilai-nilai orang lain, yang merupakan fondasi untuk perdamaian dan kehidupan beragama yang sehat. Ajaran Gereja tentang Kebersamaan Antar Umat Beragama menekankan bahwa semua manusia harus dihargai dan dihormati, dan kita harus belajar untuk hidup bersama dalam damai dan kasih sayang. Ini merupakan cara yang baik untuk mencapai perdamaian dan toleransi antar umat beragama. Dengan menghormati dan menghargai satu sama lain, kita dapat membangun masyarakat yang lebih damai dan harmonis. 2. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Gereja telah menekankan bahwa semua orang sama di mata Tuhan dan bahwa semua manusia berhak mendapatkan kasih dan pengakuan. Gereja menyadari bahwa perbedaan agama dan keyakinan adalah suatu hal yang wajar dan harus dihargai. Gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menghormati dan menghargai perbedaan. Gereja mengajarkan bahwa saling menghargai antar umat beragama berarti menghormati kepercayaan, nilai-nilai, dan keyakinan yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa keselarasan, saling menghormati, dan berkomunikasi dapat diperoleh jika semua orang berusaha untuk mendengar dan memahami pandangan, keyakinan, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh orang lain. Gereja juga mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus mengenal dan menghargai kekayaan budaya yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa menganggap budaya orang lain sebagai sesuatu yang bisa dipelajari dan dihargai adalah cara terbaik untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Gereja juga mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menemukan cara untuk menghormati dan menghargai komunitas yang berbeda. Gereja menekankan bahwa sikap saling menghormati dan saling menghormati dapat dicapai dengan mengakui keberadaan dan keberagaman komunitas yang berbeda. Gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menemukan cara untuk bekerja sama dan menghargai hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa kerjasama antar umat beragama dapat diperoleh jika semua orang berusaha untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur, berusaha untuk menemukan titik temu, dan menghargai hak-hak asasi manusia. Gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menemukan cara untuk menghormati dan menghargai kehendak Tuhan. Gereja menekankan bahwa semua orang harus bersama-sama mencari kebenaran dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Secara keseluruhan, gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus bekerja sama dan menghormati hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa semua orang harus bersama-sama mencari kebenaran dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. 3. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya lain. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya lain. Gereja menggunakan ajaran-ajarannya untuk mengajari generasi muda tentang pentingnya kebersamaan antar umat beragama. Hal ini sangat penting dalam menciptakan dunia yang lebih baik untuk semua orang. Gereja mengajarkan bahwa semua umat beragama harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Hal ini penting karena setiap agama, budaya, dan kepercayaan memiliki nilai dan tujuan yang berbeda. Dengan saling menghormati dan menghargai, umat beragama dapat membangun kebersamaan yang kuat. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus memahami agama dan budaya lain. Ini penting karena memahami agama lain dapat membantu umat beragama untuk menghormati dan menghargai satu sama lain. Dengan memahami agama dan budaya lain, umat beragama dapat mengetahui silang budaya dan agama yang berbeda. Ini akan membantu mereka untuk membangun jembatan antara mereka dan orang lain dari agama dan budaya yang berbeda. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus menghargai dan memahami perbedaan. Dengan menghargai dan memahami perbedaan antara umat beragama, mereka dapat berinteraksi dengan baik, dan menciptakan kebersamaan yang kuat. Hal ini penting karena perbedaan dapat dihargai dan diakomodasi. Dengan demikian, umat beragama dapat hidup bebas tanpa rasa takut dan keraguan. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus menghargai dan menghormati budaya lain. Dengan menghargai dan menghormati budaya lain, umat beragama dapat menghormati dan menghargai satu sama lain, serta menghormati dan menghargai perbedaan. Dengan demikian, umat beragama dapat hidup aman dan damai dalam kebersamaan yang kuat. Dengan demikian, ajaran gereja tentang kebersamaan antar umat beragama adalah bahwa umat beragama harus saling menghormati, memahami, dan menghargai satu sama lain, serta menghormati dan menghargai budaya lain. Dengan melaksanakan ajaran ini, umat beragama dapat menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih damai bagi semua orang. 4. Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama adalah salah satu ajaran dasar yang dianut oleh Gereja. Gereja mengajarkan bahwa semua umat beragama harus saling bersahabat dan saling mendukung. Selain itu, Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati orang lain sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, dan kita harus menghormati semua agama dan keyakinan yang ada. Kita harus menghargai dan menghormati orang lain meskipun mereka berbeda dari kita. Kita harus menghormati dan menghargai kepercayaan mereka, dan tidak boleh memaksa mereka untuk berpikir atau berperilaku sesuai dengan keyakinan kita. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus saling menghormati dan menghargai antar umat beragama. Kita harus menghormati dan menghargai orang lain, meskipun kita berbeda agama. Kita harus berusaha untuk mencari titik temu dengan orang lain, membangun hubungan yang bermakna, dan menghormati hak-hak asasi manusia yang berlaku untuk semua orang. Kita juga harus selalu bersikap adil dan menghormati perbedaan yang ada. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus bersikap memaafkan dan menghormati pendapat orang lain, meskipun kita tidak sependapat dengan mereka. Kita harus menghargai hak-hak orang lain untuk berbicara, berpendapat, dan memilih. Kita harus bersikap toleran terhadap perbedaan antar umat beragama, dan memperlakukan mereka dengan hormat. Selain itu, Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan menghormati hak-hak mereka. Kita harus menghargai orang lain dan menghormati semua agama yang ada. Kita harus saling mendukung dan menghormati satu sama lain, dan menghargai hak-hak asasi manusia yang berlaku. Dengan demikian, Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Gereja mengajarkan bahwa semua umat beragama harus saling bersahabat dan saling mendukung. Selain itu, Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghargai hak-hak asasi manusia, serta memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan toleransi. 5. Gereja mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam agama. Ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama mengajarkan kita untuk menghormati dan menghargai perbedaan agama dan mengetahui bahwa kita semua berada dalam satu komunitas. Gereja menyarankan agar semua orang menyadari perbedaan agama dan juga mengetahui bahwa agama itu merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati dan dihargai. Dengan demikian, kita semua dapat saling menghargai dan mengakui perbedaan-perbedaan agama yang kita miliki. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam agama. Gereja menyarankan agar kita berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai latar belakang agama dan melakukan dialog yang terbuka dan saling menghormati. Dengan berdialog, kita dapat mengetahui pandangan orang lain, menggali pengetahuan tentang agama lain dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. Ini juga memungkinkan kita untuk bersama-sama menemukan titik temu di antara agama-agama yang berbeda dan menghormati keberagaman agama yang ada. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus mengembangkan pemahaman tentang agama lain dan berusaha untuk menghormati dan memahami pandangan mereka. Hal ini bertujuan untuk membangun hubungan yang baik dan berkelanjutan antar umat beragama. Gereja juga menyarankan agar kita menghormati dan memahami tradisi dan nilai-nilai yang melekat pada agama lain dan menghormati kepercayaan mereka yang berbeda dari kita. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati setiap orang tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang mereka. Gereja menyarankan agar kita melakukan tindakan nyata untuk menghormati keragaman dan menjaga martabat setiap individu. Hal ini termasuk menghindari diskriminasi berdasarkan agama, ras, atau latar belakang, dan menyebarkan rasa toleransi dan penerimaan antar umat beragama. Kesimpulannya, ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama mengajarkan kita untuk menghormati, menghargai, dan berdialog dengan orang lain dari berbagai latar belakang agama. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus memahami pandangan orang lain dan berusaha untuk menghormati dan memahami tradisi dan nilai-nilai yang melekat pada agama lain. Akhirnya, Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati setiap orang tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang mereka. 6. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan, dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama adalah bagian penting dari ajaran Gereja. Gereja percaya bahwa semua orang berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan hormat meskipun mereka mungkin memiliki keyakinan agama yang berbeda. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama dan kepercayaan lainnya harus saling menghormati dan mendukung satu sama lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus saling menghormati dan menghargai perbedaan, dan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak agama dari orang lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus diperlakukan sama, tanpa memandang agama, ras, atau jenis kelamin. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati kepercayaan orang lain dan memahami bahwa semua orang memiliki hak untuk beribadah dan menghormati agama mereka tanpa harus menghadapi tekanan atau diskriminasi dari pihak lain. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus membangun hubungan yang kuat dan harmonis dengan orang lain, terlepas dari keyakinan agama mereka. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup dan hak-hak semua orang. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus bekerja sama untuk membangun perdamaian dan saling menghormati. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus berbagi nilai-nilai dan aturan yang terlibat dalam kehidupan beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati dan memahami nilai-nilai agama lain, dan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus saling menghormati dan mempromosikan dialog antar umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati perbedaan dan menghargai toleransi dan keberagaman. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus berusaha untuk bekerja sama untuk membangun perdamaian dan saling menghormati. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus berusaha untuk mengembangkan dan membantu pemahaman yang lebih baik tentang agama lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain, dan bahwa semua orang harus bekerja sama untuk menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus saling menghormati, menghargai perbedaan, dan membangun hubungan yang kuat dan harmonis dengan orang lain, tanpa memandang agama, ras, atau jenis kelamin. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain, dan menghormati kepercayaan orang lain. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus berusaha untuk membangun perdamaian dengan saling menghormati.
Pengantar Makna hakikat "gereja" bukan untuk menunjuk kepada gedung atau bangunan fisiknya. Kata "gereja" menunjuk kepada umat yang telah ditebus oleh Allah dalam karya penebusan Kristus di atas kayu salib dan yang bangkit dari kematian. Gereja adalah persekutuan umat percaya kepada Kristus dan yang berada dalam konteks masyarkat
127 Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti B. Uraian Materi 1. Memahami Kepelbagaian Manusia Menurut Alkitab Kepelbagaian atau keberagaman ciptaan bukan berarti keterpisahan, namun kepelbagaian dalam kesatuan. Kepelbagaian dapat menjadi sarana bagi manusia untuk saling belajar dan memperkaya visi dan pengalaman hidup sekaligus membangun kebersamaan. Dengan demikian, manusia yang berbeda-beda itu dapat bekerja sama untuk membangun dunia yang lebih baik lagi. Di antara semua keragaman ciptaan Tuhan, keragaman budaya manusia - perbedaan etnis dan bahasa - juga merupakan bagian dari ciptaan Allah yang baik. Kadang-kadang, orang Kristen melihat keragaman budaya sebagai bagian dari dunia yang jatuh, sebagai kutukan. Narasi Alkitab tentang Menara Babel Kej. 111-9 sering digunakan untuk membenarkan pandangan yang negatif ini. Seolah-olah keberagaman merupakan kutukan Allah. Peristiwa Babel tidak dapat dijadikan contoh bahwa Allah tidak berkenan terhadap kepelbagaian. Peristiwa Menara Babel merupakan peringatan bagi manusia untuk tidak bersifat congkak dan hendak menyamakan diri dengan Allah sang Pencipta. C. S. Song, seorang teolog dari Taiwan, mengatakan bahwa peristiwa Menara Babel juga mengingatkan kita bahwa Allah justru tidak ingin manusia hidup di dalam kelompoknya sendiri dan dengan cara itu menganggap dirinya hebat. Dengan hukuman yang dijatuhkan-Nya, Allah justru ingin agar manusia menyebar dan mengisi seluruh dunia ini. Jadi, menara Babel bukanlah peristiwa pemisahan manusia oleh Allah berdasarkan kepelbagaian bahasa. Oleh karena itu, tindakan Allah yang dilakukan dalam peristiwa Menara Babel adalah mencegah manusia membangun identitasnya terlepas dari kontrol Allah atau kehendak-Nya. Campur tangan Tuhan dan penciptaan beragam bahasa benar-benar memaksa orang-orang Babel untuk memenuhi perintah Allah dalam Kejadian 128 untuk “memenuhi bumi dan menaklukkannya,” sesuatu yang tampaknya takut dilakukan oleh orang-orang pada waktu itu. Mereka tidak mau tersebar ke seluruh bumi. Ketakutan ini dituliskan dalam Kejadian 111-9 khususnya ayat empat, delapan dan sembilan. Dengan demikian, keanekaragaman budaya dan bahasa manusia, memenuhi tujuan penebusan dalam rencana Allah dan bukan kutukan. Timbul pertanyaan, mengapa keragaman budaya dan etnis manusia sering menjadi sumber perpecahan dan bahkan kekerasan satu sama lain? Dosa 128 Kelas X SMASMK dan pemberontakan manusia telah mendistorsi keberagaman penciptaan. Keberagaman manusia tidak ditempatkan dalam pemahaman yang benar, yaitu dalam rangka keutuhan ciptaan namun dalam keterpisahan bahkan dalam arogansi suku, bangsa, ras, agama maupun budaya. Pemujaan terhadap suku, bangsa, budaya dan agama sendiri telah menggeser peran Allah sebagai pencipta. Akibatnya, komunitas manusia cenderung terpecah-pecah dalam kepelbagaian menurut identitas masing-masing. Petrus berkata “Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi hendaklah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni.” 1 Ptr. 315. Membaca kutipan dari bagian Alkitab tersebut, jika dikaitkan dengan topik pembahasan pada pelajaran ini, ada beberapa makna yang dalam 1. Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu. Semua ajaran Yesus dan kekudusannya harus dihayati, dijalankan, dan dipelihara. Orang Kristen tidak mungkin melakukan ajaran iman-Nya jika tidak menguduskan Tuhan. Arti “kudus” di sini adalah mengkhususkan sesuatu hanya untuk Tuhan. 2. Mempertanggungjawabkan iman. Tiap orang dipanggil untuk selalu siap mempertanggungjawabkan imannya termasuk identitas sebagai remaja Kristen. Jadi, menjadi remaja Kristen bukan sekadar identitas seperti yang tertulis dalam KTP, melainkan menyangkut seluruh sikap hidup yang harus ditunjukkan pada orang lain. Dengan cara itu, orang-orang menyaksikan kehidupan kristiani yang sesungguhnya. 3. Dengan lemah lembut dan hormat serta hati yang murni. Mempertahankan ciri khas sebagai remaja Kristen dengan cara yang beradab. Salah satu tanda dari cinta kasih adalah lemah lembut. Dalam bergaul dengan orang yang berbeda latar belakang, seseorang dapat melakukan apa yang dikatakan oleh Petrus. Kamu dapat menguduskan Tuhan, mempertanggungjawabkan iman serta bersikap lemah lembut ketika bergaul dengan mereka yang berbeda dengan kita. Menjadi orang Kristen bukanlah sekadar sebuah identitas melainkan melakukan tindakan yang dapat menunjukkan Kekristenan. 129 Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 2. Karunia Allah dalam Kepelbagaian
Padakesempatan kali ini penulis akan sedikit menjelaskan transformasi budaya yang telah dilakukan Nabi Muhammad di semenanjung Arab. Transformasi ini juga meliputi penjelasan mengenai ekspansi Islam yang mengedepankan upaya damai. Tulisan ini mencoba mengangkat ajaran Islam yang sangat menjunjung tinggi moral dan juga nilai kemanusiaan.
Ilustrasi Ajaran Sosial Gereja. Foto Tama66 by mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota masyarakat dalam gereja diatur dalam ajaran sosial agama Kristen, gereja adalah keluarga satu Bapa, dengan anggota-anggota yang dipelihara oleh Bapa, dikuatkan oleh Yesus, Puteranya dan disemangati oleh cinta kasih Roh Kudus. Gereja ditujukan untuk terang bagi masyarakat, bukan untuk diri sendiri. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Katolik Dewasa dalam Komunikasi Iman yang ditulis oleh Stanis Suliangto & A. Sugeng Agus Priyono, gereja sebagai umat Allah adalah gereja yang sungguh berurat dan berakar pada masyarakat setempat bagi segi pembentukan, maupun jenis dan tujuan kegiatannya. Lalu, apa yang dimaksud dengan ajaran sosial gereja?Mengenal Ajaran Sosial di GerejaIlustrasi Ajaran Sosial Gereja. Foto janggagye by sosial gereja-gereja Protestan dan Katolik mencoba untuk menafsir dimensi sosial pemuridan Kristen dalam konteks dunia kontemporer. Masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia beragam dan sangat bervariasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh semangat dan kebutuhan zaman, maka tanggapan gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial yang ajaran sosial gereja dapat diartikan sebagai tanggapan gereja terhadap fenomena atau persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik, atau dukungan. Ajaran sosial di gereja bersifat lunak, apabila dibandingkan dengan ajaran gereja dalam arti ketat, yaitu dogma. Dengan kata lain, ajaran sosial di gereja merupakan bentuk keprihatinan gereja terhadap dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu dari penekanan ajaran sosial di gereja lebih kepada totalitas permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, terlibat aktif, dan terjun langsung pada situasi sosial masyarakat. Tidak hanya sekedar membantu orang miskin, mencarikan pekerjaan bagi pengangguran, memberikan dana, memberi sedekah, tetapi juga mencari akar permasalahan/sebab-akibat dan mencari umat Kristen yang taat, kita harus mampu memahami dan menerapkan ajaran sosial gereja dengan terlibat aktif dan mendukung kegiatan-kegiatan sosial gereja, serta memiliki sikap peduli terhadap lingkungan masyarakat secara luas. Semoga kasih Kristus selalu menyertaimu, Amin! CHL

lammempraktikkan ajaran agama Saya sangat berharap buku saku ini dapat memberi pemahaman awal tentang moderasi beragama. Penjelasan lebih mendalam tentang apa itu moderasi beragama, mengapa ia pen-ting dalam konteks Indonesia, serta bagaimana strategi penguatan dan implementasinya, da-pat dibaca dalam buku Moderasi Beragama

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Oleh Supriadi Purba Pendahuluan Sejak dunia ini ada, perbedaan telah menjadi sesuatu hal yang biasa. Apalagi konsep penciptaan manusia juga melahirkan dua jenis insan yang berbeda. Kemudian muncul perkembangbiakan yang melahirkan generasi masa berikutnya yang memiliki pola pemikiran berbeda sehingga melahirkan tradisi serta budaya yang berbeda. Tidak hanya berhenti sampai disitu saja, dalam hal meyakini ada sesuatu yang lebih tinggi dari manusia pun beranekaragam cara dan metode penyembahan. Puncaknya muncul Suku, Ras, Agama dan Antar Golongan, yang ketika pemahaman itu diabaikan maka akan muncul pertentangan yang berujung pada tragedy, perang dan puncaknya adalah ketidak percayaan antar sesama. Tulisan ini mengajak saudara-saudari tuk memandang dunia tidak sebelah mata melainkan dengan mata terbuka sehingga kearifan di dalam perbedaan tercapai sebagai mana manusia sesungguhnya sama adanya. Penjelasan Tidak bisa kita pungkiri masih banyak orang kristen masih menggunakan cara berpikir prakmatis dan apatis dalam memandang keberagaman yang ada. Sesungguhnya ini adalah ancaman bagi masa depan bangsa khususnya kekristenan itu sendiri. Disini saya menawarkan gagasan buat saudara-saudari bagaimana memandang kekristenan dari sudut yang paling terkecil dan seterusnya nanti kita akan melihat bagaimana memandang Negara hingga puncaknya melihat dunia dari perspektif kekristenan. Keberagaman yang ada pada dasarnya telah menjadi sesuatu yang memang harus ada karena manusia diciptakan memiliki pola, ragam cara bagaimana mengelola dunia dan melahirkan hasil yang hari ini kita bisa melihat jutaan dan bahkan lebih keberagaman yang ada. Hal-hal yang akan saya jelaskan dalam tulisan ini adalah simbol atau semboyan yang saya lihat penting untuk dijelaskan sebagai acuan memandang dunia. Sebagai mahasiswa yang aktif di GMKI, saya sudah cukup sudah cukup sering mendengarUt Omnes Unum Sintyang merupakan semboyan GMKI sendiri. Sebagai masyarakat Indonesia saya dianugrahi sebuah semboyan yang hingga hari ini menjadi dasar berpikir saya dalam memandang kebhinekaan yang Tunggal Ikasebuah semboyan yang memberikan harapan bagi orang-orang minoritas di negeri ini dan membangun sikap saling percaya. Selanjutnya adalah semboyan dari Amerika Serikat yang merupakan proses internasionalisasi dunia dengan konsepE Pluribus Unum. 1. Ut Omnes Unum Sint Yohanes 17 21 Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia GMKI sebagai salah satu organisasi mahasiswa yang ada sejak jaman penjajahan telah menerapkan semboyan Ut Omnes Unum Sint sebagai dasar bertindak dan memandang ke-Indonesia-an. Agar semua satu adanya beginilah pengertian singkat yang kemudian memperkenalkan bagaimana kita melihat keberagaman yang ada di dalam GMKI itu sendiri. Sebagai anak kandung Gereja, GMKI tentu memiliki anggota yang beranekaragam mulai dari denominasi Gereja, Suku, Kampus Universitas sampai pola berpikir. Ketika perbedaan menjadi pemandangan dalam tatanan organisasi maka sudah sepantasnya ada jembatan yang mampu merumuskan satu gagsan untuk dijadikan sebagai cara pandang bersama. Merumuskan Ut Omnes Unum Sint di GMKI sebagai Amsal atau Semboyan terkadang mendapat tantangan dari orang-orangnya sendiri yang memiliki sikap Eksklusif yang pada intinya adalah ancaman terbesar masa depan Organisasi ini. Hal ini menunjukkan tidak sepenuhnya Amsal GMKI dijadikan sebagai dasar berpikir sebagai mahasiswa yang merupakan anggota GMKI. Dengan demikian maka jelas bahwa dari sudut terkecil dari kehidupan ini perbedaan itu telah menjadi sesuatu yang lumrah dan telah ada sejak dulu. Sekarang bagimana kita memandang dari yang terkecil itu sendiri, sebut saja keragaman denominasi dan Gereja yang ada di Indonesia yang terkadang berbeda pandangan dalam melihat kekristenan itu sendiri. Sebagai mahasiswa GMKI tentu hal-hal yang terjadi di luar harus kita antisipasi dan GMKI harus mapu menjembatinya. Prinsip dasar dari Ut Omnes Unum Sint adalah mengajak kita untuk hidup dalam kebersamaan dan tetaplah hormat pada yang namanya Keberagaman. 2. Bhineka Tunggal Ika Indonesia merupakan satu Negara yang paling beragam di dunia. Keberagaman yang ada jikalau tidak dipelihara maka akan melahirkan gejolak yang akan mengancam masa depan bangsa. Jembatan yang telah dilahirkan oleh pendiri bangsa ini Sukarno Dkk merupakan keputusan akhir yang senantiasa mampu menjiwai dan memberikan harapan bukan hanya bagi kaum mayoritas namun bagi kaum minoritas, bukan hanya pada satu suku bangsa tetapi bagi suku bangsa yang lain, bukan hanya pada satu agama namun bagi agama yang lain. Jembatan ini yang sekarang menjadi roh negeri ini yang posisinya terkadang digugat oleh sekelompok orang yang radikal di negeri ini menjadi sakral karena dilandasi ketulusan hati oleh para perancang nya. Keberadaan jembatan itu sesungguhnya buah kreasi yang telah dirancang sejak awal dan bergambar kepada ahli besar negeri ini yakni Mpu Prapanca. Bhineka Tunggal Ika inilah jembatan yang merupakan penghubung orang kecil dengan orang besar, penghubung antar generasi. Semuanya adalah anugrah, keberagaman yang ada di Indonesia manjadi baik adanya karena di jaga oleh semboyan yang bergambar Burung Garuda. Dari Sabang sampai Marauke ribuan suku bangsa yang menghuni pulau-pulau yang menjadi kekayaan negeri ini. Suku bangsa yang mendiami kepulauan Indonesia juga beraneka ragam dalam hal keyakinan. Ada yang masih menggunakan keyakinan nenek moyang asli Kepercayaan Nenek Moyang selain penganut agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha serta Konghuchu. Hubungan yang terjadi antar Agama di Indonesia cukup memuaskan dikarenakan seringnya dialog yang dibangun sebagai kegiatan yang menjaga eksistensi kebhinekaan itu sendiri. Walaupun kemudian ada juga tindakan-tindakan yang refresentif dari orang-orang yang memang tidak senang dengan keberagaman yang ada. Karena Agama lah yang sering sekali dijadikan ajang menyatakan pendapat dalam wilayah Negara sehingga hal-hal yang seharusnya tidak dibahas dalam wilayah Negara dijadikan sebagai dasar tindakan. Tentu kalau Negara tidak tanggap dan menindak orang-orang seperti itu akan melahirkan ancaman serius yang puncaknya akan terjadi seperti di Poso Sulawesi Tengah. Salah satu tokoh yang cukup eksis dalam hal kebhinekaan adalah Abdulrahman Wahid alias Gus Dur yang sampai akhir hayatnya tetap memperjuangkan yang namanya Bhineke Tungga Ika. Perjuangannya dalam menjaga bangsa ini tanpa membeda-bedakan yang besar dan kecil yang mayoritas dan minoritas menghantarkannya sebagai Bapak Plularisme Indonesia dan dunia juga mengakuinya. Walau akhir tahun 2009 indonesia kehilanganya namunGus Dursenantiasa menjadi simbol bapak plularisme dan menjadi orang yang akan dicatat dalam sejarah bangsa sebagai orang Indonesia yang tahu diri. Ketokohan Gus Dur semestinya diikuti oleh penerus bangsa ini karena Gus Dur dengan tegas pernah mengatakan Wilayah Negara jangan disangkutpautkan dengan Wilayah Agama. Bhineka Tunggal Ika dengan Pancasila akan selalu abadi ketika masyarakat Indonesia mampu melestarikan sekaligus menjaga eksistensinya. 3. E Pluribus Unum Dunia tahu Siapa Amerika Serikat. Negara yang telah menghimpun semua masyarakat dunia ke dalam satu Negara yang namanya United Of America. Orang Indonesia banyak di Amerika begitu dengan bangsa-bangsa yang lain juga menghuni sekaligus menjadi masyarakat di sana. Kemajemukan Amerika Serikat adalah bukti bahwa Amerika telah menjadi Negara yang memiliki prinsip Internasionalisasi. Mungkin karena itulah Amerika Serikat hingga sekarang ini mencoba menguasai dunia dengan teknologi dan penemuan-penemuan yang ada. Kini jumlah orang Amerika keturunan asing mencapai 10,4 %, bertambah sebanyak dua kali lipat lebih dalam kurun waktu tiga puluh tahun . Kelompok yang paling pesat pertambahannya adalah orang Hispanik dan Asia. Dari tahun 1990 sampai 1999 populasi penduduk asal Asia di seluruh Amerika Serikat bertambah 43 % dan mencapai 10,8 juta jiwa. Sedangkan penduduk berlatar hispanik bertambah sebesar 38,8 % atau mencapai jumlah 31,3 juta orang, sehingga hampir menyamai jumlah orang Amerika keturunan Afrika. Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa dari 10,8 juta orang Asia, orang Indonesia juga terdapat di dalamnya. Artinya adalah bahwa memang benar bahwa Amerika Aerikat sudah menjadi satu negeri yang menghinpun seluruh penjuru dunia. Keragaman dari segi kepercayaan juga bertabur di Amerika Serikat, AS yang selama ini mungkin kita sering dengar sebagai Negara Kristen sekarang kemungkinan itu tidak benar lagi walaupun sejarah AS telah menceritakan bahwa orang-orang Eropa yang beragama Kristen yang pertama sekali membentuk Koloni di AS. Namun seiring perkembangan jaman, Amerika juga di datangi oleh bangsa-bangsa lain mengingat posisi Amerika sangat strategis. E Pluribus Unum Dari Banyak Menjadi Satu.Kata-kata ini begitu akrab di telinga kita, sehingga kita jarang mengambil waktu untuk memikirkan maknanya. Apakah yang menjadi ukuran keragaman kita? Apakah arti kesatuan kita? Seperti semua lambang yang baik, kata-kata tersebut dapat diartikan sebagai bermacam-macam cara. Maknanya telah berkembang sejak semboyan ini pertama sekali di gunakan pada tahun 1782. Ketika itu semboyan tersebut memiliki arti politis- dari banyak koloni, menjadi satu revoblik; dari banyak Negara bagian, menjadi satu bangsa. Pada lambang Negara kita burung elang botak membawa di paruhnya sebuah spanduk bertuliskanE Pluribus Unum pada perisainya terdapat tiga belas garis vertical, masing-masing mewakili dari koloni dari revoblik yang ketika itu baru terbentuk. Dengan melonjaknya imigrasi pada akhir abad ke-19 dan awala abad ke-20, makna semboyan tersebut mendapat sebuah dimensi budaya, yakni dari banyak suku atau bangsa, menjadi satu suku bangsa Amerika. Keberagaman Amerika hari ini telah jelas bahwa Amerika adalah Negara yang mampu menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu hidup dengan perbedaan yang begitu beragam. Penutup Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengetahui sejarah bangsanya. Inilah pernyataan Sukarno dalam“jas merah” nya. Apa sebenarnya arti dari ungkapan nya itu? Sukarno sejak awal paham bahwa di dalam sejarah kita begitu banyak perbedaan-perbedaan yang bisa dijadikan sebagai pelajaran dan sekaligus sebagai modal dalam memahami Indonesia dengan baik. Sukarno mengatakan demikian maka seharusnya kita mampu menjadi penerusnya yang mencintai Indonesia dengan Kebhinekaan dan Pancasila sebagai dasar Negara kita. Lihat Filsafat Selengkapnya
1 Plato (427 - 347 S.M). membedakan lapangan atau bidang-bidang Filsafat kedalam : 1) Dialektika (yang mengandung persoalan idea-idea atau pengertian-pengertian umum), 2) Fisika (yang mengandung persoalan dunia materi), 3) Etika (yang mengandung persoalan baik dan buruk).
views Peranan Gereja dalam Kemajemukan Agama Oleh Hendrik Nyoman Wahini Sekolah Tinggi Immanuel Nusantara Pendahuluan Dalam lingkup kehidupan warga Negara, adanya kemajemukan agama adalah hal yang sangat sulit untuk di hadapi dalam suatu Negara. Contoh konkret adalah Negara Indonesia. Indonesia memiliki 5 kepercayaan agama; yaitu agama Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu cu, dan Muslim. Dari ke-5 kepercayaan tersebut, Pentingnya Peranan Gereja Terhadap Kemajemukan Agama di Indonesia sangat dibutuhkan untuk pekabaran Injil karena sudah seharusnya gereja mengemban misi Allah untuk menyelamatkan semua umat manusia sesuai dengan Injil Matius 2819-20. Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu dan Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Dari Pernyataan Yesus Kristus inilah gereja di Indonesia harus berani bersaksi kepada non Kristen supaya banyak orang diselamatkan. Hubungan Gereja dan masyarakat Indonesia Indonesia bukanlah Negara teokrasi, bukan Negara agama atau yang berdasarkan pada suatu agama tertentu. Melainkan Negara kesatuan yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Pancasila sebagai landasan idiil dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional secara tegas menyatakan bahwa Negara menjamin kebebasan setiap penduduk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Sehingga dapat menghasilkan Negara yang berdaulat, makmur, dan sentosa. Dari jumlah penduduk yang sedemikian besar dengan berbagai agama dan aliran kepercayaannya adalah realitas yang sekaligus tantangan yang harus di perhitungkan oleh gereja dalam menempatkan diri dan menjalankan misinya di Indonesia.[1] 2. Realitas Yang Dihadapi Gereja Di Tengah-tengah Keberagaman Agama Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 29 memberikan rumusan yang sangat jelas sekali dalam hubungannya dengan keberagamaan di Indonesia Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaanya itu. Rumusan Pasal 29 ayat 1, 2 Yang sangat singkat dan padat ini memang mengasumsikan adanya jaminan serta kebebasan bagi warga Negara untuk melaksanakan ibadatnya dengan berbagai fasilitas yang di butuhkan untuk mendukung peribadahan itu namun tidak secara eksplisit mengungkapkan adanya kebebasan untuk berganti/bertukar/pindah agama. Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan saling menghargai, menghormati dan semangat bekerjasama antar anggota masyarakat. Akan tetapi realitas yang terjadi khususnya di daerah Poso, perang antar agama Islam vs Kristen masih terlihat di beberapa desa, hal ini mengakibatkan banyaknya pertumpahan darah. Dan sampai saat ini pemerintah setempat masih berusaha mencari solusi untuk permasalahan tersebut. Penyebab Terjadinya Konflik Antar Agama Di Indonesia Menurut Drs. Hendropuspito seorang tokoh Filsafat mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari agama. Hendropuspito, menyoroti konflik antar kelompok masyarakat Islam – Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat hal, yaitu Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat subyektif nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu. Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi revealed religion, yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan. Karena hal itulah yang mempengaruhi faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat. Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik sering terjadi, yang merugikan ketentraman dan keamanan. Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik. Perbedaan Tingkat Kebudayaan Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah. Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia. Penutup Agama Kristen di Indonesia adalah agama yang minoritas, dan sebagai agama yang minoritas Gereja harus memahami bahwa eksistensinya hidup berdampingan di tengah-tengah kemajemukan agama. Gereja harus memberikan dasar-dasar teologis-dogmatis dan sikapnya terhadap agama lainnya. Sedangkan disisi lain gereja harus memahami dan mengerti tentang keberadaan, dasar-dasar kehidupan agama lain, dan sedapat mungkin mengenal ajaran agama lain. Atas dasar itulah gereja dan orang kristen dapat mengambil sikap praktis, bagaimana hidup bersekutu, melayani dan bersaksi di tengah-tengah kemajemukan agama dan penganut agama lain. Dalam pemahaman inilah gereja melakukan tugas dan panggilannya sebagai garam dan terang dunia. Dalam hal ini gereja senantiasa memberikan pemahaman terhadap umatnya. Dan sebagai warga gereja, adalah suatu keharusan untuk menghargai, menghormati, dan berusaha menjadi berkat bagi agama lain. Referensi Alkitab. 2014. Jakarta Lembaga Alkitab Indonesia Dewi S. 2000. Hubungan Gereja dan negara. Jakarta BPK Gunung Mulia. Soetarman, SP. 1993. Fundamentalisme agama-agama dan teknologi. Jakarta BPK Gunung Mulia. Wlliam, C. 2002. Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia. Yogyakarta Pustaka Pelajar. [1] Dewi SRI, Hubungan Gereja Dan Negara, Antalya Rileni Sudeco, Medan2000, Hal 165-166 . 157 379 192 307 397 321 69 110

jelaskan ajaran gereja tentang keberagaman manusia